Selasa, 15 Maret 2011

KAWAT GIGI, ANTARA TREND DAN KEPERLUAN

Sampai sekarang, memakai kawat gigi masih menjadi tren. Dari orang biasa, sampai selebritis, ramai-ramai memakainya. Meski harganya ‘selangit’, penggemar kawat gigi ini tetap saja banyak. Sekadar tren, atau memang perlu?

Meskipun fungsi utamanya bukan untuk hiasan, tapi kenyataannya, banyak orang menjadikan kawat gigi sebagai aksesoris. Bentuk serta bahan yang unik, menjadikan kawat perata ini menjadi penghias gigi. Padahal, tidak sembarang orang membutuhkan kawat gigi, lo.
Menurut Drg. Ines Nisa Khairi, Sp. Ort, dari Klinik Kharinta, Bintaro Jaya, kawat gigi dibutuhkan untuk memperbaiki gigi yang letaknya tidak pada tempatnya, bertumpuk dan berjejal-jejal sehingga kekurangan tempat, tumbuh terlalu jarang sehingga ada celah di antara gigi-gigi, atau letaknya terlalu maju atau mundur. “Kondisi gigi seperti itulah yang dapat diperbaki dengan dibantu alat yang disebut kawat gigi.”

Masalah yang terdapat pada gigi dapat disebabkan oleh faktor genetika atau faktor lain, seperti kebiasaan saat kecil. Seperti dituturkan Drg. Lita R. Darmawan, spesialis kosmetik gigi yang juga berpraktik di Klinik Kharinta, gigi yang berjejal atau jarang-jarang dapat diakibatkan karena faktor keturunan atau genetik. “Tapi bisa juga diakibatkan karena tindakan pencabutan gigi sehingga ada ruang kosong di mulut.”
Selain karena pencabutan, gigi yang terlalu maju atau tonggos bisa disebabkan karena kebiasaan waktu kecil yang suka ngedot atau mengisap jempol. “Atau bisa juga karena kebiasaan menelan ludah dengan lidah mendorong gigi ke arah depan,” ujar Lita.
Menurut Ines dan Lita, perawatan dengan kawat gigi bisa dilakukan sedini mungkin. “Sejak usia 8 tahun sudah bisa dilakukan perawatan.” Yang penting, lanjutnya, orang yang dipasang kawat gigi bisa menjaga kebersihan giginya agar selalu higienis.
Namun, masalahnya, tak jarang para remaja atau ABG (Anak Baru Gede) yang tidak memiliki masalah dengan giginya cenderung memaksa orang tua untuk memasang kawat gigi. “Para ABG harus diberi pengertian, jika dipasang di gigi normal, kawat akan berakibatkan gigi rata jadi aneh bentuknya,” tegas Lita.
PERENCANAAN TERTULIS 
Apa saja yang harus dilakukan sebelum kawat gigi dipasang? Pertama kali, dokter harus menentukan dulu masalahnya. “Dibutuhkan cetakan model gigi, memotret, merontgen gigi, kepala, serta wajah pasien. Maksudnya tak lain agar perawatan benar-benar sempurna dan tidak asal-asalan. Setelah ditetapkan masalahnya, baru ditentukan apa yang terbaik untuk si pasien,” jelas Ines.
Lita menambahkan, foto wajah penting sekali karena berpengaruh pada profil wajah seseorang setelah berhasil memakai kawat. “Karena kawat akan mengubah wajah, maka pasien harus tahu wajahnya sebelum dan sesudah memakai kawat gigi.” Perencanaan itu harus dipaparkan pada pasien agar mereka tahu masalah dan bagaimana tindakan yang dilakukan dokter. Termasuk estimasi biaya, mulai dari harga kawat, biaya kontrol, dan biaya penggantian kawat dan pemeliharaan sesudah kawat dilepas.”
Bahkan, lanjut Lita, sebaiknya pasien pun memiliki salinan dari perencaan tertulis tersebut. “Sehingga, baik bagi pasien maupun dokter, bisa mencapai kepuasan yang seimbang. Jangan sampai nanti ada pihak yang merasa dirugikan. Sebab pemasangan kawat ini lumayan lama, sekitar 1-2 tahun lamanya. Dan perencanaan seperti ini bersifat claim, untuk mengantisipasi jika terjadi apa-apa.”
Untuk pasien yang punya gigi berlubang, harus dilakukan perawatan penambalan gigi dulu sebelum dipasangi kawat. Jadi, pada saat memakai kawat, gigi-giginya sudah bersih dan kondisinya baik semuanya.
Saat pertama kali kawat gigi dipasang, ada beberapa keluhan yang akan dirasakan pasien. “Yang paling sering rasa sakit pada saat alat mulai diaktifkan, selama 1-2 hari. Tapi tidak semua orang merasakannya. Ada juga yang menderita sariawan di sekitar mulutnya. Mungkin karena alatnya terlalu tajam. Tapi ini dapat diminimalkan, kok,” janji Ines.

JENIS DAN SISTEM 

Kawat gigi ada yang terbuat dari metal, atau clear, alias transparan yang berwarna seperti warna gigi. Yang clear, bahannya ada yang terbuat dari composite, porselin, atau plastik. Yang paling banyak digunakan di Indonesia kawat dari metal dan composite.
Ines mengingatkan, terlepas dari bahan apapun, hal terpenting dari kawat gigi adalah sistemnya. Sistem yang berbeda menentukan mahal atau murahnya harga kawat gigi. “Yang paling sering dipakai jenis kawat gigi dengan sistem straight wire atau conventional bracket. Sedangkan sistem bracket yang harganya paling mahal adalah sistem damon. Sistem damon merupakan sistem bracket yang paling baru dan mahal.”
Menurut Ines, harga sistem damon menjadi lebih mahal karena meminimalisasi waktu kontrol ke dokter. Biasanya, pasien yang pakai kawat biasa harus kontrol ke dokter 3 minggu sekali. Sementara, pemakai sistem damon bisa kontrol 2 bulan sekali saja. “Kelebihan lain, sistem ini tidak menggunakan karet pada penahan giginya. Jadi, sistemnya mengunci gigi satu-satu sehingga membukanya pun lebih mudah.”
Namun, bagi pemakai kawat gigi berusia anak-anak, justru kawat gigi dengan penahan karetlah yang sangat disukai. Karena karetnya berwarna-warni dan dapat diganti sesuai warna kesukaan pemakainya. “Padahal, fungsi sesungguhnya adalah sebagai penahan dari kawat gigi.”
PAKAI PENAHAN 
Keberhasilan perawatan dengan kawat gigi, umumnya mencapai 90 hingga 99 persen. “Tapi yang lebih penting adalah perawatan setelah pemasangan kawat,” tandas Lita. Ini dilakukan untuk mencegah letak gigi yang sudah berubah ke tempat baru akan balik lagi posisinya ke tempat semula. Sehingga dibutuhkan alat yang disebut retainer atau penahan.
“Bentuk retainer ada yang invisible atau clear yang terbuat dari bahan plastik dan yang berbahan metal atau bentuknya seperti kawat gigi lepasan. Ada juga lingual
bonded retainer, yaitu penahan yang dipasang dibelakang gigi.”

Lita menjelaskan, yang invisible biasanya dipakai pasien yang tidak ingin giginya terlihat memakai kawat agar lebih pe-de. Namun, dari segi kekuatan retainer berbahan metal lebih kuat dari yang invisible. “Yang invisible atau yang berbahan plastik akan mengganggu pengunyahan saat makan, sehingga akan dilepas. Kalau terus dilepas dan dipasang, plastiknya akan mudah patah.”
Penggunaan retainer disarankan selalu dipakai 24 jam selama 6 bulan pertama, setelah itu boleh dikenakan saat tidur saja. “Retainer idealnya dipakai selama 1 tahun. Tapi banyak pasien, terutama anak-anak, yang merasa giginya sudah rapat dan bagus jadi malas memasang retainer. Padahal, gigi yang sudah rapi kemungkinan akan kembali ke letak awal atau bahkan jadi lebih parah dari sebelumnya. Dokter harus selalu mengingatkan pasien akan penggunaan retainer ini.”
PRODUK IMPOR 
Menurut Lita, tren menggunakan kawat gigi sebenarnya berdampak sangat baik. “Di bidang kedokteran gigi dikenal motto give back smile, maksudnya agar kesadaran orang pada kebersihan dan perawatan gigi semakin tinggi. Tak akan ada lagi orang tertawa ditutupi tangan gara-gara giginya tidak rata atau bentuk rahangnya enggak bagus.”
Tak heran, orang tak segan mengeluarkan biaya mahal demi tercapainya gigi yang sehat dan cantik. Menurut Lita, mahalnya biaya pemasangan kawat gigi disebabkan karena semua bahan yang dipakai masih diproduksi di luar negeri. “Yang mahal, adalah sistem dan bahan. Untuk bahan kawat yang clear, umumnya yang memakai selebritis atau orang yang berusia 20-30-an.”
“Di Indonesia, kawat transparan yang dipakai bahannya dari composite. Dari segi harga, yang transparan lebih mahal meski kekuatannya kalah dari metal. Dari segi estetika, yang transparan lebih bagus karena sewarna dengan gigi dan tidak terlihat saat tersenyum dan bisa membuat pe-de,” papar Lita.
Untuk harga kawat gigi, ungkap Lita, berkisar antara Rp 7-15 juta. “Untuk kawat dan bracket transparan harganya mulai dari Rp 9 juta ke atas. Untuk yang berbahan metal dengan bracket yang karetnya warna-warni, harganya lebih murah. Sementara harga retainer berkisar antara Rp 750 ribu – Rp 2 juta. Semua harga tergantung dari nilai estetika, sistem, dan bahannya,” papar Lita yang mengambil spesialisasi kosmetik gigi di Amerika Serikat ini.
Tips merawat gigi 
1. Idealnya tiap 6 bulan sekali kontrol ke dokter gigi, meski tak ada masalah dengan gigi. Namun, pada dasarnya karang gigi harus selalu dibersihkan.
2. Sikat gigi sehari dua kali, pagi dan malam.
3. Penggunaan dental flosh atau benang gigi sangat dianjurkan, terutama untuk membersihkan sisa makanan di sela-sela gigi.
4. Untuk yang pakai kawat gigi, harus lebih rajin menggunakan obat kumur dan membersihkan gigi. Sebab sisa makanan akan lebih banyak menempel dan tersangkut pada kawat gigi.
5. Gosok gigi yang paling penting di malam hari. Sikatlah gigi dengan cara yang tepat dan waktu yang sedikit lebih lama. Setelah seharian makan, di malam hari gigi harus dalam keadaan bersih.
6. Sikat gigi dengan keras belum tentu akan membersihkan gigi, tapi justru akan membuat gusi atau mulut terluka.
7. Cara sikat gigi yang paling utama adalah dengan cara memutar dan perlahan. Dokter gigi sangat menganjurkan untuk menggunakan elektric toothbrush. Sebab cara putaran sikat gigi elektrik ini sudah disesuaikan. Dari segi waktu dan tenaga juga lebih efektif.
8. Kalau bulu sikat sudah mekar, segeralah ganti dengan sikat yang baru.
9. Pilihlah jenis bulu sikat gigi yang soft dan tidak keras, karena itu akan membuat iritasi pada gusi.